oleh

Riwayat Terbentuknya Kampung Linggapura Selagai Lingga

Da’im Zajuli dan Sutan Paksi sebagai perwakilan dari penduduk asli masyarakat Marga Selagai Lingga, perintis pembentukan Kampung Linggapura, Kecamatan Selagai Lingga, Lampung Tengah.

Realita Lampung – Terbentukya Kampung Linggapura kala itu atas perjuangan Da’im Zajuli bersama Sutan Paksi setelah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Dalam Negeri (Mendagri) melalui Direktorat Jendral Agraria untuk transmigrasi pada tahun 1967.

Sebagaimana dikutip dari tulisan menggunakan mesin ketik dari laman ucapan Selamat Hari Raya Idhil Fitri 1 Syawal 1405 Hijriah, Da’im Zajuli bersama Sutan Paksi mengucapkan ‘Minal Aidin Wafa Idzin Mohon Maaf Lahir dan Batin’. 

Tertulis jelas dirangkuman riwayat terbentuknya suatu daerah yang saat ini bernama Kampung Linggapura dan sekitarnya itu bagian dari masyarakat Marga Selagai Lingga (Kampung Negeri Katun dan Gedung Harta) yang semula adalah hak milik masyarakat dua daerah tersebut. 

“Sebagai Kenang-kenangan Riwayat Linggapura dan sekitarnya,” judul rangkuman sejarah terbentuknya Kampung Linggapura yang saat itu masih di bawah Pemerintah Kecamatan Padang Ratu dan saat ini berada di Kecamatan Selagai Lingga, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.

Kampung Linggapura mulai dibuka pada 12 Juni 1967 dengan jumlah anggota sebanyak 234 orang yang dipimpin oleh Da’im Zajuli dibantu sebagai petunjuk oleh Sutan Paksi sebagai wakil dari penduduk asli Marga Selagai Lingga, kedua orang tersebut gambarnya ada dibagaian atas artikel ini.

Kampung tersebut ditetapkan bernama Linggapura yang artinya, Li = Disini, Gapura = Minta Ampun, atau dengan bahasa kunonya, Lingga = Ningrat, Pura = Pintu. Sekarang nampak jelas seluruh anggota Linggapura meningkat. 

Masing-masing Kepala Keluarga (KK) di awal pembukaan mendapatkan pembagian tanah seluas 2,125 hektar untuk pekarangan dan perumahannya.

“Peristiwa, tantangan, godaan atau musibah setelah kemakmuran serta keamanan agar tercapai, datang serangan tersebut dari 22 Juli 1970, terus-terus tidak ada berhentinya. Karena sudah lajim bila sesuatu daerah akan maju itu harus melalui gelombang badai deras yang perlu dihadapi, sudah berjumlah 12 kali musibah itu saya lawan secara tenang-tenang, Alhamdulillah kita selamat hingga sekarang ini, padahal seperak lampung saya belum pernah minta bantuan kepada anggota, maka saya jadi gundul begini,” tulis Da’im Zajuli.

Keadaan masyarakat Linggapura selanjutnya, sekarang ini sudah dapat dilihat oleh mata masing-masing, dapat dirasakan oleh hati masing-masing yang ada di Kampung Linggapura dan sekitarnya. 

Maka sebagai pernyataan dari pendiri Kampung Linggaura, Da’im Zajuli meregenerasikan kepengurusan kampung tersebut kepada para generasi muda untuk terus berbuat untuk kemajuan daerah setempat.

Pesannya, “Saudara-saudara anggota masyarakat Linggapura dan sekitarnya, memang kesemuanya telah tercapai dan dapat dirasakan, tinggal ketenteraman jiwa, maka bila ingin berjiwa tenteram, ya itu pertama (a). Harus menjauhi larangan Tuhan, kedua (b). Syukur kepada apa yang telah dikaruniakan kepada kita, ketiga (c). Berbuat baik dengan tetangga, keempat (d). Kasih sayang ke sesama umat, kelima (e). Jangan mencari ketawa di luar hukum Tuhan dan pikir pula umur dipakai apa? amal apa? Rejeki dari mana kemana? Anggota badan dipakai apa? Sekian semoga kita bersama meninggal membawa Iman (Islam). Aamiin, wasiat Da’im Zajuli. (***)

Komentar