oleh

Membongkar Skandal Penipuan CPNS Terbesar di Lampung Tengah

Seorang oknum menjanjikan dapat membantu menjadi PNS/ASN dengan imbalan uang ratusan juta. Alih-alih meyakinkan para korbannya, oknum itu memberikan SK yang diduga palsu. Bertahun-tahun kasus ini tidak mencuat ke publik.

RAUT wajah Hediyana Safitri, Amd. Keb, warga Kampung Gedung Jaya RT.005/ 003, Kecamatan Abung Timur, Kabupaten Lampung Utara mendadak suram ketika menceritakan peristiwa yang membuat hatinya terpukul. Karena tergiur iming-iming dibantu menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), Fitri – sapaan akrabnya – memberikan uang kepada An alias WS, warga Kelurahan Sumbarwaringin, Kecamatan Trimurejo, Kabupaten Lampung Tengah.

Peristiwa yang terjadi di Tahun 2014 silam itu tidak lekang dari ingatan. Perkenalan dia dengan An alias WS bermula dari seorang teman kuliahnya di sebuah Akademi Kebidanan di Lampung sebut saja Santi. Santi adalah adik dari An alias WS. An alias WS meyakinkan Fitri bahwa dia dapat membantu untuk menjadi ASN dengan imbalan uang sebesar 175 juta rupiah. Karena tergiur, Fitri memberikan uang muka sebesar 70 juta rupiah kepada An alias WS.

Ironisnya, uang yang 50 juta rupiah merupakan pinjaman dari mertuanya. Setahun kemudian, Fitri menanyakan kepada An alias WS janji akan diangkat sebagai ASN. Tak lama kemudian, An alias WS memberikan beberapa lembar SK pengangkatan sebagai ASN Kementerian Kesehatan. Bertahun-tahun berlalu, Fitri akhirnya menyadari SK itu palsu karena dirinya tidak kunjung ditempatkan sesuai dengan SK tersebut. Merasa tertipu, Fitri kembali menemui An alias WS untuk meminta uang miliknya sebesar 70 juta rupiah dikembalikan.

SEPERTI TERHIPNOTIS
Tetapi yang didapat hanya janji yang tidak pasti. Usaha itu dilakukan sejak Tahun 2016 hingga 2020. Dia masih mengingat, lebih dari 20 kali menyambangi rumah An alias WS. Fitri mengungkapkan, setiap kali mendatangi An alias WS seolah dirinya tidak berdaya. Emosi yang membludak saat akan berangkat menyambangi rumah An alias WS, seketika buyar saat berhadapan dengan An alias WS. Justru ada rasa takut hadir dalam hatinya.

“Setiap kali ketemu dengan An, entah kenapa hati saya malah jadi takut. Mau marah saja tidak bisa,” ujar Fitri, saat disambangi di rumahnya beberapa waktu lalu.

Bidan Honorer di sebuah Puskesmas ini mengatakan, korban dugaan penipuan itu bukan hanya dirinya. Ada beberapa orang yang diketahui telah menyerahkan sejumlah uang kepada An alias WS. Fitri menyebut beberapa nama, berikut nominal yang yang telah diberikan kepada An alias
WS.

Korban An alias WS termasuk Fitri yang sebesar 70 juta rupiah yakni MS sebesar 175 juta rupiah, Pu sekarang tinggal di Jambi sebesar 150 juta rupiah, TA sebesar 150 juta rupiah, Ar memberikan satu unit mobil, Mi sebesar 125 juta rupiah dan Me yang jumlahnya belum diketahui. Jika ditotal mencapai 770 juta rupiah. Jumlah itu dengan asumsi mobil Ar ditaksir senilai 100 juta rupiah. Sedangkan Me tidak dihitung, karena Fitri tidak mengetahui jumlah uang yang sudah diberikan kepada An alias WS.

Kini Fitri hanya bisa berharap agar An alias WS mengembalikan yang dipinjam dari mertuanya sebesar 50 juta rupiah. Bahkan Fitri rela mengiklaskan uang miliknya yang 20 juta rupiah, asal yang 50 juta rupiah dikembalikan.

DIKEMBALIKAN SEBAGIAN
Jika Fitri mengalami kerugian sebesar 70 juta rupiah, Tulus, warga Kampung Purwodadi, Kecamatan Trimurejo mengalami kerugian lebih sedikit. Karena dia berhasil meminta kembali sebagian besar uangnya. Pada mulanya, Tulus memberikan uang sebesar 40 juta rupiah kepada An alias WS. Kemudian An alias WS memberikan beberapa lembar SK pengangkatan ASN kepada Tulus. SK palsu itu berikan bersamaan dengan seorang tetangganya yang juga korban dugaan penipuan An alias WS. Setelah diamati dalam SK itu, terdapat kejanggalan NIP yang tertulis di SK atas nama anaknya sama persis dengan SK milik tetangganya.

Menyadari sudah diberikan SK palsu, Tulus segera mencari An atau WS dan meminta uangnya dikembalikan. Setelah melalui perdebatan sengit, akhirnya uang Tulus dikembalikan bertahap dengan total 33 juta rupiah. Sisa 7 juta rupiah sampai saat ini tidak ada kejelasan kapan dikembalikan.

“Sampai sekarang saya enggak pernah ketemu dengan pak WS,” ujar Tulus, saat ditemui dikediamannya beberapa waktu lalu. Tulus juga mengetahui sejumlah orang yang menjadi korban dugaan penipuan An alias WS beserta jumlah yang sudah berikan. Dia menyebut nama seorang Kepala Kampung ES dengan jumlah 60 juta rupiah, S sebesar 60 juta rupiah, P sebesar 35 juta rupiah, Haji M sebesar 45 juta rupiah. Jika ditotal mencapai 207 juta rupiah. Jumlah itu termasuk kerugian Tulus sebesar 7 juta rupiah.

Kepiawaian An alias Ws meraup uang hampir 1 milyard rupiah dengan janji dibantu menjadi ASN, menimbulkan pertanyaan. Seperti apa sosok An alias WS itu?

Saat awak media menyambangi rumah An alias WS beberapa waktu lalu, hanya ada seorang anak laki-laki berusia belasan tahun yang berada dirumah. Awak media bertanya, apa pekerjaan ayahnya? Anak itu menjawab tidak tahu. Dia mengakui heran, ayahnya tidak bekerja tapi selalu mempunyai uang.

Tak puas sampai disitu, awak media menghubungi nomor whats app An alias WS yang didapat dari anak lelakinya dengan nomor 082176032xxx. Saat ditelpon An alias WS tidak mengangkat panggilan. Beberapa pertanyaan yang ditulis melalui pesan singkat dijawab dengan jawaban yang tidak sinkron. Belakangan nomor itu tidak aktif.

KURANG BERGAUL
Sosok An alias WS yang sulit ditemui, diakui seorang tetangganya yang bernama Indra. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjahit ini mengaku jarang bertemu dengan An alias WS. Sehari harinya, An alias WS jarang sekali bergaul dengan warga sekitar. Setiap aktifitas warga, An alias WS tidak pernah hadir.

“Bahkan ada tetangga yang meninggal dunia setahu saya WS tidak pernah datang untuk melayat. Malam arinya dia juga tidak ikut tahlilan,” jelas Indra.

Menurut Indra, rumahnya yang berdekatan dengan An alias WS acap kali menjadi sasaran orang-orang yang ingin bertanya perihal An alias WS. Kendati bertetangga, Indra memilih tidak memperdulikan masalah pribadi tetangganya itu.

PENGANGGURAN
Mardani, Ketua RT 13, Lingkungan III, Kelurahan Sumberwaringin, Kecamatan Trimurejo ditanya pekerjaan An alias WS mengaku tidak mengetahui. Keseharian An alias WS diketahui Mardani kebanyakan hanya dirumah saja. Tetapi banyak orang bertamu dirumahnya. An alias WS dikatakan Mardani adalah warga yang sudah lama tinggal di RT. 13. Rumah yang ditinggali An alias WS adalah milik orang tuanya. Orang tua WS hanya tinggal ibunya saja. Sedangkan ayahnya sudah lama meninggal dunia.

Berdasarkan keterangan dari Tulus, warga Kampung Purwodadi, Kecamatan Trimurejo, ada keterlibatan seseorang yang membantu An Alias WS yang bernama Haji Budi. Saat penyerahan sejumlah uang yang diminta oleh An alias WS, juga disaksikan oleh Haji Budi. Dituturkan Tulus, perkenalannya dengan An alias WS atas perantara Haji Budi.
Bertahun silam, Haji Budi pernah mengajak An alias WS bertandang kerumahnya. Tulus sendiri mengakui, dia sudah lama mengenal Haji Budi. Karena diyakinkan oleh Haji Budi bahwa An alias WS dapat membantu anaknya agar menjadi ASN, Tulus menyepakati untuk memberikan sejumlah uang yang diminta oleh An alias WS. Kemudian uang sejumlah 40 juta rupiah diserahkan Tulus kepada An alias WS dihadapan Haji Budi.

Siapa sebenarnya Haji Budi? Sejauh mana keterlibatannya dengan dugaan penipuan ini? Untuk mencari jawaban tersebut, awak media segera menelusuri alamat Haji Budi yang diberikan oleh Tulus. Penelusuran awak media membuahkan hasil. Budi Setio nama lengkapnya. Pria kelahiran 51 tahun yang lalu ini berperawakan sedang, dengan tinggi badan sekira 155 centimeter.

Warga Lingkungan II, Kelurahan Sumberwaringin, Kecamatan Trimurejo ini sehari-hari berdagang keliling di sejumlah pasar kalangan. Ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu, Haji Budi memberikan jawaban yang kontradiktif antara pengakuan pertama dan kedua. Budi Setio yang biasa dipanggil Haji Budi mengakui, dia memiliki kedekatan dengan An alias WS sejak beberapa tahun lalu.

Seringkali An alias WS mengajak Haji Budi untuk menjadi sopir yang mengantarkannya dalam berbagai kegiatan. Tentang upaya An alias WS yang mencari orang yang mau menjadi ASN, Haji Budi membenarkan hal tersebut. Saat dikejar pertanyaan, apakah An alias WS benar-benar bisa membantu seseorang agar menjadi ASN atau sekedar modus penipuan? Haji Budi tidak menjawab dengan tegas.

“Kalau kata dia (An alias WS) betul-betul membantu. Tapi nyatanya sampai sekarang belum ada yang berhasil jadi PNS,” tandas Haji Budi.

Terkait keterlibatannya dalam membantu An alias WS mencari orang yang mau menjadi ASN, Haji Budi membantah. Dia mengatakan perannya selama ini hanya sebagai sopir An alias WS. Tentang jumlah orang yang sudah menyetorkan uang kepada An alias WS beserta nominal uangnya, Haji Budi menjawab tidak tahu.

An alias WS disebut-sebut dapat membantu seseorang menjadi ASN, menurut Haji Budi karena ada orang lain yang terlibat membantunya. Dia menyebut nama Taufik yang tinggal di Gedung Tataan, Kabupaten Pesawaran. Kepada Taufik tersebut, An alias WS menyerahkan uang dari orang-orang yang berhasil dihimpunnya. Diketahui oleh Haji Budi, semenjak tidak ada orang yang terbukti berhasil dibantu menjadi ASN sosok yang bernama Taufik menghilang. Bahkan sampai kini keberadaannya tidak diketahui.

Ketika didesak siapa sebenarnya yang menjanjikan dapat membantu seseorang untuk menjadi ASN, Haji Budi mengatakan bahwa An alias WS hanya mencari orang yang ingin dibantu menjadi ASN. Sementara uang yang diminta dari para korban diberikan kepada Taufik.

Ditanya bagaimana jika ada orang yang merasa dirugikan dan melaporkan kepada pihak yang berwajib dan menyeret dirinya? Haji Budi memberikan jawaban yang mengejutkan. Haji Budi merasa dirinya adalah korban Taufik. Argumen Haji Budi, posisinya sebagai korban karena selama ini dia ikut menemani An alias WS. Dia selalu menemami saat menemui orang-orang yang dijanjikan akan dijadikan ASN. Tetapi dia berdalih, saat perundingan dia tidak terlibat langsung.

“Otomatis saya kan tahu. Walaupun hanya sekedar nganter-nganter (An alias WS),”ujarnya.

Diakui Haji Budi, dia pernah menerima sejumlah uang dari para warga yang berminat menggunakan jasa An alias WS. Uang itu kemudian setorkan kepada An alias WS. Setelah dia merasa tidak ada kepastian, uang itu akhirnya diminta kembali dari An alias WS lalu diberikan kepada pemiliknya. Siapa saja warga yang dimaksud? Haji Budi menyebut nama Juanda, dan seseorang yang dulu menjabat sebagai kepala kampung di Kecamatan Bekri.

Di ujung wawancara, wartawan kembali menanyakan kepada Haji Budi apakah semua uang yang dihimpun dari para warga diserahkan An alias WS kepada Taufik? Haji Budi mengaku tidak mengetahui pasti. Dia hanya mendengar pernyataan dari An alias WS bahwa semua uang itu diserahkan kepada Taufik. Pengakuan Haji Budi terakhir ini bertolak belakang dengan pernyataannya di awal.

Siapa sebenarnya Taufik? Sejauh mana keterlibatannya? Jawaban pertanyaan ini sepertinya masih gelap. Karena Taufik dan An alias WS kini keberadaannya tidak diketahui. (Willy Dirgantara)

Komentar

Realita Lampung