oleh

Proyek 97,8 Miliar Kementerian PUPR Dinilai Amburadul

  • Proyek 97,8 Miliar Kementerian PUPR
  • Bagian Pertama

Tulang Bawang (RL) : Proyek irigasi verol di Kampung Wono Agung Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang dikeluhkan oleh sejumlah warga. Karena pembangunan irigasi verol itu ditengah jalan pemukiman warga, serta ditemukan sejumlah kerusakan kendati belum pernah digunakan.

Proyek irigasi verol di Kampung Wono Agung itu adalah bagian dari proyek irigasi dan rawa II, dengan pekerjaan Peningkatan Daerah Irigasi Rawa (DIR), dari Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung, SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air Mesuji Sekampung, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia.

Total anggaran yang dikucurkan sebesar Rp. 97.800.000.000 (Sembilan puluh Tujuh Milliar delapan ratus juta rupiah), dengan waktu pelaksanaan pekerjaan selama 480 hari kalender. Diketahui sumber dana berasal dari LOAN ADB/AIF Tahun 2021-2022. Kontraktor Pelaksana proyek adalah PT. Indo Bangun Group.

Pemantauan dilokasi, bangunan irigasi verol yang belum selesai dikerjakan itu banyak terdapat kerusakan. Terlihat sambungan beton yang tidak rapi, dan terdapat lobang yang cukup menganga. Yang lebih parah lagi, irigasi verol itu dibangun di tengah jalan pemukiman warga.

Sejumlah warga mengeluhkan bangunan irigasi yang membentang ditengah jalan pemukiman penduduk. Beton irigasi verol itu juga dinilai warga kualitasnya kurang baik. Karena terlihat banyak kerusakan di sambungan beton yang pecah.

Suprihatin, warga RT.6/RK.12, Kampung Wono Agung, Kecamatan Rawajitu Selatan mengatakan, proyek irigasi kurang bermanfaat untuk masyarakat. Dia menilai air irigasi tidak mengalir menuju persawahan.

“Lebih baik siring aja dibenerin, air (irigasi) kayaknya juga enggak ngalir,” tandasnya.

Menurut pengamatan Suprihatin, proyek irigasi itu tidak maksimal. Dia mengamati saluran irigasi itu banyak yang sudah retak-retak, terutama yang berada dikawasan persawahan. Padahal irgasi itu belum pernah digunakan. Dia berharap kepada pemerintah, lebih peka melihat persoalan ini.

“Ya, sudah terlanjur kayak gini. Engga setujulah kayak gini. Banyak aslinya warga yang enggak setuju (proyek irigasi) ini. Dilihat aja enggak berfungsi dengan baik,” tandasnya.

Warga RT.5/RK.6, Kampung Wono Agung, Kasirin, kecewa dengan bangunan irigasi yang tidak sempurna. Dia memprediksi usia saluran irigasi verol tersebut tidak lama. Karena banyak tambalan yang tidak rapat dan retak.

Dia juga mengeluhkan proyek irigasi yang dibangun ditengah-tengah jalan. Kasirin mengakui, sebelum pembangunan irigasi ada perundingan antara pihak terkait dengan warga. Tetapi tidak opsi selain menggunakan jalan untuk dibangun saluran irigasi verol tersebut.

“Waktu perundingan itu kita tidak milih. Tapi tetap disini. Jadi percuma ada perundingan,” jelasnya.

Sempat dijanjikan akan dibangun jalan layang melintasi saluran irigasi. Kenyataan sampai saat ini belum ada realisasinya. Bahkan janji menimbun jalan dengan tanah merah tidak dipenuhi. Dia mengatakan tidak menolak pembangunan irigasi verol. Tapi janji menimbun jalan dengan tanah merah setidaknya dipenuhi.

“Jalan ini dulunya tanah merah. Datang proyek ini jalan jadi amburadul,” imbuhnya.

Paijo Kurniawan, warga RT. 02, Kampung Wono Agung mengatakan proyek irgasi verol itu tidak memuaskan, karena banyak terdapat pecah-pecah di beberapa sisi. Dia meragukan irigasi itu akan bertahan lama.

“Harapan saya supaya bagusinlah yang pecah-pecah itu. Karena bangunan ini untuk jangka panjang,” ujarnnya.

Warga lainnya mengeluh dengan keberadaan irigasi verol yang berada ditengah jalan. Sumiyati, warga RT.05/RK.12, Kampung Wono Agung mengatakan, sejak adanya irigasi verol yang dibangun ditengah jalan menyulitkan warga untuk membawa hasil pertaniannya.

Dia menjelaskan, jika sebelumnya warga yang ingin menjual padi mobil bisa masuk untuk mengakut langsung, sekarang harus diangkut berangsur menggunakan motor atau angkong.

Sebelum dibangun irigasi verol, pengairan sawah warga dialiri menggunakan saluran irigasi skunder yang sudah dibangun puluhan tahun lalu. Sumiyati mengungkapkan, dia awalnya tidak mengetahui irigasi verol dibangun ditengah jalan.

“Ya gak apa-apa yang penting kita bisa jalan enak. Gitu aja,”ujarnya.

Bangunan irigasi verol yang berada ditengah jalan pemukiman warga menurut Sumiyati, membuat warga kesulitan menyebrang ke tetangga depan rumah karena terhalang bangunan irigasi verol. (Willy Dirgantara/Rudianto)

Komentar

Realita Lampung