LAMPUNG UTARA – Gas subsidi yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin nampaknya tidak dirasakan oleh masyarakat Dusun Suka Datang, Desa Tanjung Waras, Kecamatan Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung Utara.
Pasalnya, Gas 3 kg yang familiar dengan sebutan gas melon ini, sangat sulit didapatkan. Kendatipun ada, namun dijual dengan harga diatas harga HET (harga eceran tertinggi).
Menurut penuturan masyarakat setempat, bila ingin membeli gas mereka harus membeli ke warung, dengan harga berkisar 30 sampai 35 ribu.
“Selama ini kami beli gas ya di warung, kami tidak tau kalau di tempat pak Junaidi itu adalah pangkalan. Soalnya nggak ada tulisannya. Di sana juga kami kalau mau beli gas selalu nggak ada barangnya. Kalau di warung kami beli harga 30-35 ribu,” ungkap masyarakat yang enggan disebut namanya.
Dilanjutkannya, apabila masyarakat butuh gas mereka akan membeli di warung. Belum pernah membeli di pangkalan Junaidi, bahkan kami tidak tau bahwa bisa beli di pangkalan.
“Taunya setiap ada gas ya pak Junaidi ngisi warung-warung nanti kami belinya ya di warung itu. Belum pernah kami dibantu dengan harga subsidi dari pangkalan, pokoknya belum pernah,” pungkasnya.
Ketika dikonfirmasi, Junaidi menyanggah menurutnya masyarakat sekitar tempat tinggalnya sudah didistribusikan gas dengan harga HET.
“Ya saya memang isi warung-warung, tapi untuk masyarakat tetap saya berikan. Tiap warung saya isi lima tabung saja,” terang Junaidi.
Kemudian, terkait dengan bongkaran tabung yang dia lakukan di Gudang Agen PT. Rizki Eka Windu, Junaidi berkilah bahwasannya hal tersebut ia lakukan atas arahan dari perusahaan Eka Windu.
“Memang sebenarnya bongkar muat tabung dilakukan sesuai dengan titik koordinat yang telah ditentukan. Tapi saya melakukannya di gudang Eka Windu. Itu tidak masalah sesuai arahan dari perusahaan Eka Windu,” ucap Junaidi.
Namun, ketika ditanyakan kembali siapa yang memperbolehkan melakukan hal tersebut, Junaidi berkilah sebelumnya dia mengatakan atas arahan dari Bapak Imam selaku orang kepercayaan pemilik Eka Windu.
“Bongkar muat di gudang nggak apa-apa boleh saja, karena kondisi jalan masuk ke pangkalan saya itu rusak parah jadi mobil tidak bisa masuk. Pernah mobil kepater saat ngantar barang ke pangkalan saya, dari itu sopir sudah tidak mau lagi masuk walaupun sekarang kondisi jalan sudah ditimbun dan sudah bisa dilewati kendaraan. Belum ada arahan dari perusahaan Eka Windu agar bongkar muat di lokasi koordinat,” kilah Junaidi.
Mengenai tidak terpasangnya plang pangkalan di gudang miliknya, Junaidi menjelaskan bahwasannya plang tersebut di pasang di dalam gudang.
“Plangnya itu tadinya di pasang di depan tapi karena tertutup atap tidak kelihatan, makanya saya pindahkan ke dalam gudang. Ya saya pasang plangnya itu, tapi di dalam gudang. Intinya saya mengakui semua ini kesalahan saya. Nanti saya akan perbaiki, plang juga akan dipindahkan ke tembok depan lagi,” tandasnya. (Nvl)
Komentar