Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil, Penulis Lepas Yogyakarta
Persoalan sebagai suatu persoalan hanya dapat dipecahkan dengan sudut pandang atau suatu pandangan. Tidak ada suatu persoalan termaksud bahkan dimengerti tanpa perumusan berupa pandangan. Sekedar pembahasaan, atau ungkapan, bahkan satu kata sebagai ungkapan dapat memberi pengaruh dan nilai guna. Pada poin ini, pandangan memiliki nilai guna dan bersifat manfaat.
Pemecahan persoalan, atau sebut saja masalah, pemecahannya tidak identik dengan kepraktisan serta bersifat langsung. Seperti sebuah analogi membuat roti, agar tidak bingung dibuat cara, urutan serta penataan tampilan. Pemecahan sebagai bentuk manfaat dari suatu pandangan tidak melulu bersifat pragmatis.
Selanjutnya, keseimbangan juga membutuhkan yang namanya keterampilan, khususnya dalam pandangan. Terampil dalam menganalisis, menyajikan pandangan serta menghadirkan suatu tawaran, baik berupa solusi, penjernihan persoalan atau sekedar kebijaksanaan dalam memandang persoalan/masalah yang sedang dihadapi.
Jika ilmuwan, penulis pribadi menunjuk saintis, “merasi” diri mampu melihat persoalan atau kenyataan secara berimbang, bahkan dengan otoritas keilmuwannya mengklaim diri terbiasa melihat persoalan secara seimbang. Tidak berat atau condong pada sisi tertentu secara berlebihan. Pada sikap ini dirasa bukan hanya penulis sepakat.
Selanjutnya, melihat atau mengetahui suatu pandangan tersebut berimbang. Mengetahui tentunya berbeda dengan menguji, mengetahui dapat dimaknai sebagai sikap tidak sedalam menguji suatu pandangan tersebut terkait keseimbangannya. Melihat persoalan seimbang dapat dirasa pada sisi peran atau manfaatnya.
Sebagai contoh persoalan kemanusiaan mendunia saat ini, Palestina. Sebagian orang menyikapinya, terkhusus pada sisi pengaruh pandangan di media massa, berusaha sebisa daya menyajikan informasi dan menyebarkannya, namun tidak sedikit yang bersikap apatis bahkan berlepas diri.
Menguji sikap ini bisa saja menggunakan berbagai metode dari berbagai sudut pandangan, semisal ilmiah, namun pada sisi peran, pandangan tersebut mempengaruhi dominasi pandangan yang berkembang dan dikonsumsi secara massal. Pandangan dalam berbagai ragam di media tersebut dapat berbentuk berita, sastra, atau pandangan masyarakat atau pembaca (opini publik, citizen juornalism dan lain sebagainya).
Memberi pandangan atau sekedar menyumbang gagasan dipandang bermanfaat, terlebih dalam pengertian seimbang di atas, tidak semata menjadi sikap berlepas diri sama sekali dari permasalahan dunia yang juga hidup di sana, namun juga menjadi sarana penyaluran pandangan ke arah dan secara lebih positif.
Lagi-lagi, manfaat suatu pandangan tidak semata dimaknai secara semata praktis pragmatis. Jika pandangan, sebut saja sebagaimana contoh di atas terhadap Palestina, baik perupa pemurnian akar persoalan, penyajian pandangan secara berimbang, serta solusi atau jalan keluar konkret terhadap persoalan, Palestina, dengan anggapan merubah kondisi, situasi dan permasalahan yang terjadi di sana layaknya berupa contoh membuat roti di atas, tidak bisa secara begitu saja. Serta jika perubahan termaksud tidak dimaksudkan bersifat praktis pragmatis.
Maka, keseimbangan pandangan dapat tempatnya berupa manfaat. Sekecil apa terhadap persoalan sebentuk bagaimana membawa pengaruh. Terhadap persoalan kursial misalnya, sekecil sikap bahkan akan diambil oleh suatu pihak sebagai peranan atau kontrubusi berupa pandangan. Alih-alih tudingan berlepas tangan, satu sikap dapat menunjukkan keseimbangan dan memberi manfaat, meski misalnya sekedar kutukan!
Komentar