Cari Kerja Ke Pulau Seberang

Realitalampung.com – Perjalanan hidup ini bisa dibilang panjang tapi sebenarnya terlalu singkat jika diceritakan terlebih jika usia sudah di atas 40 tahun.

Dari sang waktu yang menunjukan detik ke menit kemudian beranjak ke jam lalu berganti hari dan bulan di sini mulai hitungan tahun berganti tahun hingga usia yang semula disebut bayi atau balita berubah menjadi remaja dan dewasa sampai yang namanya sudah tua menyongsong lansia.

Perjuangan anak kampung tinggal di kota bergeser ke perjalanan sebagai anak perantau dan hijrah mengadu nasib di pulau seberang.

Setelah lepas masa sekolah dia mencoba keberuntungan dan ikut mendaftar menjadi salah seorang calon anggota angkatan ketika itu, tapi karena postur tubuhnya belum mendukung sehingga dia dinyatakan gugur.

Lalu dia kembali lagi ke kampung halamannya dan mencoba untuk menjadi petani seperti rutinitas orang tuanya tapi hal itu juga dia gagal karena panasnya terik matahari dia pingsan sehingga dia tidak lagi dibolehkan sang ibu untuk ikut ke ladang. Karena rasa jenuh menghampiri dia meminta izin kepada sang ibu untuk merantau ke pulau seberang.

Bermodalkan uang saku Rp12 ribu dia nekat menyeberangi lautan dan mengadu nasib di sana, tapi karena pada saat itu 80 persen yang diterima diperusahaan-perusahaan hanya perempuan sehingga kerja kasar itulah yang dapat dia ikuti di sana. Menjadi kuli bangunan berjalan kurang lebih satu bulan aktifitas itu terhenti karena proyek yang dikerjakan telah selesai.

Tak ingin menjadi pengangguran di tempat orang dia mencoba untuk melamar lagi ke perusahaan-perusahaan namun dia kembali gagal. Satu-satunya lowongan yang dia bisa masuk hanya menjadi scurity tapi sayangnya dia juga gagal karena untuk masuk lowongan itu juga harus menyelesaikan sesuatu yang diluar dari kemampuannya. Karena modal yang dia bawa tidak memadai dan hasil kerjanya selama di sana juga tidak cukup.

Beruntungnya dia di sana ada ibu angkat, secara kebetulan atau karena sang ibu pemilik warteg kasihan terhadapnya, sehingga dia diberikan kebebasan untuk makan dan minum selama di sana.

Dari minggu ke minggu sampai berganti bulan dan tahun akhirnya rasa jenuh dan putus asa akan mendapatkan peluang untuk bisa bekerja di pulau seberang tersebut dia memutuskan untuk kembali ke kampung dan membantu sang ibu untuk bertani.

Sampai di kampung dia tinggal bersama ibunya tapi tidak lama, karena ibunya meminta dia untuk melamar pekerjaan di kota. Alhasil dia bertemu seseorang yang saat ini dia anggap sebagai guru dan orang tuanya.

Dia mulai diberikan pekerjaan di salah satu kantor dengan gaji atau honor pada saat itu Rp100 ribu perbulan. Alhamdulllah gaji itu cukup membuat sang ibunya tersenyum. Besok lagi ya sobat kita lanjutinnya. Terimakasih (*)

Komentar