Keindahan – Rahasia Peradaban Megalitikum Taman Purbakala Pugung Raharjo

Taman Purbakala Pugung Raharjo, Jabung, Lampung Timur, Provinsi Lampng, foto: ist

Realita Lampung – Situs bersejarah di Provinsi Lampung yang sudah dikajian oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten (BPCB Banten) dalam pengembangan yang mengarah pada revitalisasi Cagar Budaya. 

Kita mulai dari Kabupaten Lampung Timur yang menyimpan banyak situs di masa lampau. Bahkan, peninggalan itu berusia sangat tua yakni dari zaman pra sejarah.

Salah satu lokasi tempat tersimpannya situs purbakala jaman megalitik di Lampung adalah di Taman Purbakala Pugung Raharjo. Situs kepurbakalaan Pugungraharjo secara administratif berlokasi di Desa Pugungraharjo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.

Situs Pugungraharjo ditemukan pada tahun 1957 oleh penduduk setempat yang terdiri atas warga transmigran sewaktu penebangan hutan. Beberapa penebang hutan, yakni Barno Raharjo, Sardi, Karjo dan Sawal melaporkan hasil penemuan tersebut kepada Dinas Purbakala. Salah satu dari temuan awal tersebut adalah sebuah arca yang dikenal sebagai arca yang bercirikan masa klasik dan berlanggam Budhis.

Sebenarnya, pengungkapan tradisi megalitik di Sumatera telah banyak dilakukan para pakar jauh sebelum Indonesia merdeka, antara lain Tombrink, Steinmetz, Ullman, Schnitger, Van der Hoop, dan Funke. Namun Pugungraharjo yang ditemukan oleh para transmigran ini, tidak dikenal oleh para peneliti tersebut.

Di Taman Purbakala Pugung Raharjo terdapat punden berundak yang bentuknya seperti piramida di Mesir. Bukan cuma satu tetapi ada 13 piramida berukuran mini.

Para peneliti pun menilai, Situs Pugung Raharjo sangat unik. Sebab, peninggalan-peninggalan zaman megalitik (dari tahun 2500 SM), klasik (Hindu-Buddha) sampai Islam terdapat lengkap. Memasuki areal Pugung Raharjo, anda akan menemukan hamparan hijau parit tanah yang ditumbuhi rerumputan tertata rapi. Tepat di tengah, terdapat semacam gapura batu.

Di samping parit tanah yang ternyata merupakan benteng primitif, terdapat jalanan berbatu untuk pengunjung melakukan tracking untuk menuju situs-situs yang ada di sana. Uniknya meski berbentuk parit, benteng ini tidak pernah tergenangi air meski hujan deras. Bahkan pernah saat banjir beberapa tahun lalu, areal situs tidak terkena banjir.

Selain itu juga terdapat arca batu, prasasti batu berlubang, menhir, arca type Polynesia, dan juga kolam megalitik yang dipercaya airnya bisa membuat awet muda. Artefak yang ditemukan di situs ini antara lain keramik asing dari berbagai dinasti, keramik lokal, manik-manik, dolmen, menhir, pisau, mata tombak, batu berlubang, batu asahan, batu pipisan, kapak batu, batu trap punden, gelang perunggu, dan batu bergores.

Bagi anda yang penasaran dengan keindahan dan rahasia peradaban megalitikum Pugung Raharjo di Lampung Timur, Anda cukup mengeluarkan uang 10 ribu rupiah, lokasi ini letaknya lumayan jauh dari Bandar Lampung. Meski begitu, untuk dapat mencapai Pugung Raharjo ada dua jalur yang bisa dilewati. 

Pertama jaraknya bisa dikatakan paling dekat ia itu melewati Jalan Tirtayasa. Perjalanan kemudian dilanjutkan melewati Jalan Ir Sutami untuk kemudian menuju arah Bandar Sribawono. 

Jalur kedua melalui Kota Metro untuk kemudian berputar arah menuju Sekampung Udik, Lampung Timur. Jalanan di sini umumnya sangat baik namun relatif sangat jauh. Sebelum memasuki kawasan taman purbakala, sebaiknya mengunjungi rumah informasi terlebih dahulu. Biasanya di rumah ini terdapat petugas yang dapat menemani perjalanan anda berwisata sejarah.


Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten (BPCB Banten) Melakukan Kajian

Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten (BPCB Banten) melakukan kajian sudah melakukan kajian. Kajian Pengembangan Taman Purbakala Pugungraharjo Lampung Timur yang dikutip dari situs BPCB Banten ditulis pada 27 Juni 2019 lalu. 

Tim Kajian Beserta Narasumber

Taman Purbakala Pugungraharjo merupakan Kawasan Cagar Budaya yang terdiri dari delapan punden, kolam megalitik, benteng/parit tanah, situs batu mayat dan temuan arkeologis seperti fragmen/pecahan keramik dari masa dinasti sung/yuan, fragmen/pecahan tembikar, manik-manik, serta arca Boddhisattva. Luas dan beragamnya Cagar Budaya di wilayah ini terakhir kali ditata pada tahun 1984-1985. Penataan berupa pembuatan jalan setapak, gerbang situs dan papan informasi.

Namun saat ini kondisi fasilitas dan informasi pendukung di Pugung Raharjo sudah banyak yang rusak, sehingga perlu dilakukan pengembangan. Untuk itu Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten (BPCB Banten) melakukan kajian pengembangan yang mengarah pada revitalisasi Cagar Budaya. 

Dalam kajian ini BPCB Banten melibatkan Drs. Endjat Djaenuderadjat sebagai narasumber.Drs. Endjat Djaenuderajat merupaan seorang arkeolog yang melakukan pemugaran di Kawasan Cagar Budaya ini pertama kali. 

Beliau juga merupakan mantan Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang serta mantan Direktur Sejarah dan Nilai Tradisional Kemdikbud. Dalam diskusi kajian narasumber membantu memberikan masukan dan arahannya terkait penguatan kembali nilai-nilai Cagar Budaya di Pugung Raharjo dan potensi apa yang masih terpendam di kawasan ini serta bagaimana revitalisasi rumah informasi dengan mengimbangi perkembangan jaman yang serba digital.

Kajian yang telah dilaksanakan itu berlangaung pada tanggal 17 – 24 Juni 2019 ini dilakukan untuk mendata potensi Cagar Budaya dan memetakan penguatan nilai-nilai untuk kembali dikembangkan seiring dengan perkembangan pemanfaatan dan status kepemilikan lahan yang mayoritas masih dimiliki masyarakat.

Punden IV di Kawasan Cagar Budaya Pugung Raharjo

Selain Arkeolog, kajian ini juga menghadirkan ahli arsitektur landskap ITB, Dr. Ir. Ismet Belgawan Harun yang memberikan gambaran bagaimana penataan ruang yang ideal bagi lingkungan kawasan Cagar Budaya. Artikel ini dikitif dari berbagai sumber diantaranya, detik com dan BCPB Banten. (***)

Komentar