Kecewa, Apresiasi dan Terimakasih

Realita Lampung – Ini kisah nyata yang ku alami ketika ditengah kepanikan karena pada saat itu gadis ku dalam kondisi mengkhawatirkan (sakit diare). Tidak ada maksud untuk mengusik namun cerita ini fakta yang terjadi di penghujung tahun 2020.

Awal cerita singkat ini terjadi pada hari Rabu 30 Desember 2020 lalu, dan ini yang ku alami ketika itu, sekira jam 09.12 menit WIB, waktu ini yang tertera di salah satu poto anak gadis kecilku ketika berpamitan untuk mengambil sepeda motor yang tadi paginya dititipkan disalah satu bengkel di Jalan Masno Asmono Kotabumi. Berselang sekitar 10-15 menit kemudian si gadis kecilku telah pulang ke rumah bersama ibunya.

Dengan kondisi lemasnya si gadis kecil ku berbaring di kamar depan dan ibunya pergi ke apotik membeli obat pereda diare karena memang sejak malam (Selasa 29 Desember 2020) sampai Rabu 30 Desember 2020 pagi gadis kecilku sering buang air besar (BAB) yang sudah cairan saja (air saja). Kemudian sekira jam sepuluhan gadis kecil muntah-muntah dan pada saat itu kami berdialog sejenak dan sembari mencoba merayu gadis kecilku untuk bercanda dan membujuknya untuk minum karena untuk makan dia sudah tidak mau lagi.

Kucoba menawarkan dia buburayam dia menjawab mau, tapi setelah memakan atu suapan dia kembali muntah dan kembali BAB. Karena kondisinya terlihat semakin lemah karena lemas, kami berinisiatif membawanya ke bidan yang biasa tempat si kecil berobat ketika dia meriang. Tapi sampai di kediaman bidan tersebut kami disarankan untuk segera ke rumah sakit pemerintah di daerah kami tinggal.

“Ibu bukan tidak mau membantu, tapi karena kodisinya sudah lemas khawatir dia akan kekurangan cairan sebaiknya bawa ke rumah sakit umum aja, ‘langsung saja ke UGD dan bilang minta di infus dengan perawat yang jaga,” saran bidan.

Lalu kami bergegas ke rumah sakit dimaksud dan sesampainya di ruang UGD, karena ada 5-6 perawat yang ada tapi kedatangan kami tidak ditegur, ku ambil inisiatif mengetuk salah satu meja dimana pada saat itu salah seorang perawat telah berdiri. Kemudian kusampaikan, “Tolong mbak, berikan infus kepada anak saya dia muntaber kondisinya sudah lemas, dijawablah olehnya. “Dokter anaknya tidak ada, jadi kami tidak bisa menanganinya,” ucap salah seorang perawat di RSU, saat itu sekira jam 11 siang (Rabu 30 Desember 2020).

Mendapatkan pernyataan itu karena melihat kondisi gadis kecilku semakin lemah kami bergegas ke RS Handayani Kotabumi, sesampainya di RS Handayani petugas yang ada di UGD RS Handayani menanyakan sakit apa anaknya pak, kami jawab muntaber. Lantas gadis kecilku langsung diminta untuk direbahkan disalah satu tempat tidur di ruangan UGD tersebut dan langsung diberikan pertolongan dengan memberikan cairan infus kepada gadis kecilku.

Ketika itu perasaan ku sedikit lega karena respon pihak rumah sakit dalam menerima pasien begitu baik. Setelah itu salah seorang petugas di ruang UDG RS Handayani Kotabumi meminta ku untuk mengisi formulir sebagai pendaftaran di rumah sakit tersebut. Kemudian mereka menyarankan untuk mengambil obat di apotik yang ada di lingkugan RS itu dan disaat sedang menunggu anterian, aku ingat direktur RSU Handayani dan ku coba menyampaikan keberadaan anak gadis ku harian itu ada di rumah sakit yang beliau pimpin.

Selang beberapa waktu pada saat menunggu anterian menunggu obat, simpel jawaban darinya. “Ya saya sudah lihat, nanti dikonsultasikan dengan dokter spesialis anak,” kata dr Djauhari Thalib. Saat itu tidak kubalas lagi chat darinya karena dibenakku ada tanda tanya, kenapa dia jawab dia sudah melihat gadis kecilku, sementara saat itu anterian ku belum juga sampai, ditengah berkecamuknya pemikiran tanda tanya itu panggilan atas nama gadis kecilku Sherly Qirana yang disampaikan oleh petugas apotik, bergegaslah ku ambil obat yang diberikannya dan berlalu untuk kembali ke ruang UGD.

Sesampai di ruangan pintu masuk utama di sini aku bertemu Direktur RS Handayani, dr Djauhari Thalib yang menyarankan aku untuk segera membawa si kecil keruangan dan minta dengan perawatnya.

Sampai di UGD, kutanyakan apa ada yang dari menemui mereka, “Ya tadi ada bapak-bapak pakai baju kemeja dan nanya sakit apa anaknya, saya jawab diare, terus dia bilang keperawat jangan lama-lama anak ini di sini cepat bawa ke ruangan,” kata ibu gadis kecilku menjawab pertanyaan ku.

Tidak lama, lalu kami diajak dan anak agdisku dibawa ke salah satu ruang perawatan di RSU Handayani, dan menginaplah satu malam karena jadwal dokter anak jam 08.00 WIB pagi baru ada. Alhamdulillah siang tadi sekira jam 11.55 WIB (Kamis 31 Desember 2020) kami sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dan sekarang kondisi gadis kecilku sudah baik (sehat).

Dari sekilas cerita ini, kuberi judul berawal rasa kecewa dan berakhir apresiasi dan ucapan terimakasih kami (masyarakat) sampaikan kepada pihak rumah sakit yang sudah memperhatikan dan merespon dengan cepat dan memberlakukan tindakan pertama dalam menolong pasien yang kondisinya memang sudah mengkhawatirkan. Terlebih lagi kondisi anak kecil yang hampir kehabisan cairan karena diare atau muntaber.

Kekecewaan kami terhadap pelayanan di UGD di RSU Pemerintah Daerah Lampung Utara sudah aku sampaikan dengan Sekretaris Daerah (Sekda), Plt Direktur dan bagian Humas RSU ini. Tujuan ku menyampaikan rasa kecewa ini agar pelayanan di RSU Pemerintah Daerah ini bisa dibenahi dan diperbaiki lagi kedepannya dan tidak ada kesan pembiaran ataupun mengabaikan pasien. Tapi berikanlah pertolongan pertamanya sebagai perawat kepada pasien. Mengenai ada dan tidak adanya dokter spesialis pada jam masuk pasien itu bisa dijelaskan setelah pertolongan pertama diberikan.

Harapan, semoga pengalaman yang kami alami ini tidak terulang terhadap masyarakat yang lain. Khususnya bagi pasien kritis haruslah diberikan pertolongan, tapi jangan pula mengarang. Karena jika dibaca di media rekan seprofesiku yang menyampaikan bahwa pernyataan Plt Kepala Dinas Kesehatan yang mengatakan hasil konfirmasinya dengan direktur atau pihak perawat yang jaga dan mengatkan, bahwa pasien dilihat dengan diagnosa diare hampir hidrasi itu tidak lah benar. Karena anak kami belum sempat diberikan pertolongan. Bagaimana bisa mereka mengatakan hasil diagnosa itu, kalau diberikan tindakan saja belum.

Semoga saja hal ini tidak terulang dengan masyarakat yang lain, ini intinya. karena jika saja ketika itu masih terbersit sedikit saja kalau profesi ku ini adalah salah seorang pekerja di media (Wartawan) mungkin saat itu pasti ku tanyakan kenapa, dan sebagainya. Tapi ini ku tuangkan dalam cerita singkat ini dengan penuh pengharapan agar pelayanan di rumah sakit pemerintah ini bisa diperbaiki dimasa-masa mendatang.

O ya, ku tambahkan sedikit dari cerita singat ini, bahwa pihak RSU Ryacudu Kotabumi melalui bagian humasnya sudah menghubungi kami melalui sambungan telepon dan meminta maaf atas sikap petugas jaga diharian itu, saat kami membawa anak kami di RS tersebut.

Teruntuk Direktur RSU Handayani, dr Djauhari Talib bersama seluruh jajarannya kami sampaikan apresisiasi dan ucapan terimakasih atas respon cepat terhadap pasien. (*)

Penulis: Sarnubi

Komentar